Selama 30 tahun berkuasa keluarga Presiden Hosni Mubarak disinyalir memiliki harta berjibun. Jumlahnya diperkirakan mencapai US$40 miliar atau setara dengan Rp 360 triliun). Bahkan ada yang juga menyebut hingga US$ 70 miliar atau setara dengan Rp 630 triliun.
Harta itu, ia kumpulkan dari kontrak bisnis militer selama masih aktif di Angkatan Udara. Kekayaan ini kemudian diinvestasikan melalui keluarganya.
Menurut Amaney Jamal, profesor bidang ilmu politik di Princeton, Mubarak mengumpulkan kekayaan dari hasil korupsi. "Sangat banyak korupsi di rezimnya, ia mengambil keuntungan dari sumber-sumber publik untuk diri sendiri," katanya.
Aset kekayaan Hosni umumnya disimpan di bank-bank luar negeri seperti Inggris dan Swiss. Kekayaan itu terakumulasi dari bisnisnya di bidang militer dan jasa pemerintahan selama ia memerintah.
Mubarak, istri dan kedua anaknya juga memanfaatkan kerjasama bisnis dengan asing. Hukum di Mesir memperbolehkan pihak asing melakukan kerja sama bisnis dengan pembagian kepemilikan saham sebesar 51 persen untuk Mesir.
Dari hasil kekayaan itu, Mubarak memiliki sejumlah rumah mewah di Mesir. Sebagian rumah itu merupakan warisan dari presiden sebelumnya. Namun sebagian lainnya ia bangun sendiri.
Selain berupa rumah, kekayaanya ia simpan di bank-bank luar negeri dengan tujuan agar tidak diambil alih ketika ia turun tahta. "Ini semacam pola yang dilakukan para diktator di Timur Tengah," kata Jamal, Jumat (4/2).
Harta itu, ia kumpulkan dari kontrak bisnis militer selama masih aktif di Angkatan Udara. Kekayaan ini kemudian diinvestasikan melalui keluarganya.
Menurut Amaney Jamal, profesor bidang ilmu politik di Princeton, Mubarak mengumpulkan kekayaan dari hasil korupsi. "Sangat banyak korupsi di rezimnya, ia mengambil keuntungan dari sumber-sumber publik untuk diri sendiri," katanya.
Aset kekayaan Hosni umumnya disimpan di bank-bank luar negeri seperti Inggris dan Swiss. Kekayaan itu terakumulasi dari bisnisnya di bidang militer dan jasa pemerintahan selama ia memerintah.
Mubarak, istri dan kedua anaknya juga memanfaatkan kerjasama bisnis dengan asing. Hukum di Mesir memperbolehkan pihak asing melakukan kerja sama bisnis dengan pembagian kepemilikan saham sebesar 51 persen untuk Mesir.
Dari hasil kekayaan itu, Mubarak memiliki sejumlah rumah mewah di Mesir. Sebagian rumah itu merupakan warisan dari presiden sebelumnya. Namun sebagian lainnya ia bangun sendiri.
Selain berupa rumah, kekayaanya ia simpan di bank-bank luar negeri dengan tujuan agar tidak diambil alih ketika ia turun tahta. "Ini semacam pola yang dilakukan para diktator di Timur Tengah," kata Jamal, Jumat (4/2).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar